Philips Luncurkan Teknologi Perawatan Medis Terkoneksi

Penulis Alek Kurniawan
| Editor Sri Noviyanti
SINGAPURA, KOMPAS.com – Disrupsi digital pada sektor industri. Mungkin,
kalimat tersebut sering Anda dengar bila merujuk pada transformasi
digital yang akhir-akhir ini sering dikumandangkan.
Sebenarnya, disrupsi sektor industri tak hanya terjadi pada masa kini.
Untuk membuktikannya, mari menjelajah mesin waktu menuju tahun 1876.
Pada tahun tersebut, seorang ilmuwan berkebangsaan Skotlandia Alexander
Graham Bell telah menemukan sebuah karya yang mengubah industri
telekomunikasi menjadi lebih canggih.
Dia menemukan sebuah telepon yang bisa digunakan untuk berkomunikasi
jarak jauh. Penemuan tersebut pun dinilai menjadi disrupsi bidang
telekomunikasi pada masanya.
Namun, bila kembali ke masa sekarang dimana beberapa orang telah
meninggalkan telepon untuk mendukung aktivitas keseharian, kondisi itu
jadi tak relevan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Sri Noviyanti
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Sri Noviyanti
Penulis Alek Kurniawan
| Editor Sri Noviyanti
SINGAPURA, KOMPAS.com – Disrupsi digital pada sektor industri. Mungkin,
kalimat tersebut sering Anda dengar bila merujuk pada transformasi
digital yang akhir-akhir ini sering dikumandangkan.
Sebenarnya, disrupsi sektor industri tak hanya terjadi pada masa kini.
Untuk membuktikannya, mari menjelajah mesin waktu menuju tahun 1876.
Pada tahun tersebut, seorang ilmuwan berkebangsaan Skotlandia Alexander
Graham Bell telah menemukan sebuah karya yang mengubah industri
telekomunikasi menjadi lebih canggih.
Dia menemukan sebuah telepon yang bisa digunakan untuk berkomunikasi
jarak jauh. Penemuan tersebut pun dinilai menjadi disrupsi bidang
telekomunikasi pada masanya.
Namun, bila kembali ke masa sekarang dimana beberapa orang telah
meninggalkan telepon untuk mendukung aktivitas keseharian, kondisi itu
jadi tak relevan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Sri Noviyanti
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Sri Noviyanti
DENPASAR - Philips meluncurkan teknologi perawatan
terkoneksi (connected care) untuk meningkatkan layanan medis serta
memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien untuk pasien.
Inovasi bernama IntelliSpaceCritical Care and Anesthesia (ICCA) dan IntelliVue Guardian Software(IGS) ini diterapkan pertama kali di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar, Bali, kemarin. “Teknologi ini memastikan kelancaran perawatan dengan alur informasi yang lebih tepat waktu antara pasien dan tenaga medis,” kata Presiden Direktur Philips Indonesia Pim Preesman di Denpasar, Bali, kemarin.
Menurutnya selama ini pasien atau keluarga sering kali dihadapkan pada rumitnya alur perawatan di rumah sakit. Mulai pendaftaran masuk/ke luar, layanan gawat darurat, ICU, tindakan operasi, rutinitas perawatan harian hingga kejadian tak terduga.
Inovasi bernama IntelliSpaceCritical Care and Anesthesia (ICCA) dan IntelliVue Guardian Software(IGS) ini diterapkan pertama kali di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar, Bali, kemarin. “Teknologi ini memastikan kelancaran perawatan dengan alur informasi yang lebih tepat waktu antara pasien dan tenaga medis,” kata Presiden Direktur Philips Indonesia Pim Preesman di Denpasar, Bali, kemarin.
Menurutnya selama ini pasien atau keluarga sering kali dihadapkan pada rumitnya alur perawatan di rumah sakit. Mulai pendaftaran masuk/ke luar, layanan gawat darurat, ICU, tindakan operasi, rutinitas perawatan harian hingga kejadian tak terduga.
Di sisi lain butuh upaya besar dari seluruh tim medis yang terlibat di
mana pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang rumit, tetapi
harus dilakukan dengan cepat. Hal ini masih dipersulit lagi dengan
banyaknya data yang berasal dari berbagai peralatan berbeda,rekam medis,
dan sumber-sumber data lainnya.
Diperkirakan dari 178 pro sesyang dilakukan di ICU setiap harinya, terdapat rasio 1,7 diantaranya terjadi kesalahan. Hampir semua pasien ICU berpotensi terancam keselamatan jiwanya selama masa perawatan mencapai 78% akibat kesalahan medis yang serius. Pengambilan keputusan dan diagnosis juga lebih sulit dalam perawatan kritis karena kerentanan pasien yang dapat memiliki penyakit penyerta dan kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Diperkirakan dari 178 pro sesyang dilakukan di ICU setiap harinya, terdapat rasio 1,7 diantaranya terjadi kesalahan. Hampir semua pasien ICU berpotensi terancam keselamatan jiwanya selama masa perawatan mencapai 78% akibat kesalahan medis yang serius. Pengambilan keputusan dan diagnosis juga lebih sulit dalam perawatan kritis karena kerentanan pasien yang dapat memiliki penyakit penyerta dan kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Pim menjelaskan, teknologi connected care akan memusatkan dan
mengorganisasi data pasien,termasuk dokumen administrasi rumah sakit,
tanda-tanda vital pasien, hasil lab, dan data konsultasi. Data tersebut
akan menjadi input tindakan medis serta memungkinkan konektivitas
antar-alat-alat medis di ICU untuk memberikan hasil yang lebih baik.
Teknologi ini memungkinkan perawat dapat lebih cepat mengidentifikasi dan memberikan respons proaktif secara efisien kepada pasien yang kondisinya memburuk di bangsal rumah sakit. Hal ini membantu mengurangi risiko tidak terdeteksinya tanda-tanda penurunan kondisi fisik pasien, meningkatkan perawatan dan efisiensi manajemen pasien, serta alur kerja klinis.
Bagi kalangan dokter, teknologi ini akan membantu memprediksi penurunan kondisi fisik pasien, memberi tahu perawat dan memungkinkan intervensi medis tepat waktu dalam memprioritaskan perawatan pasien.
“Teknologi ini memungkinkan dokter menerima informasi untuk membantu mengidentifikasi tanda peringatan yangsamar pada penurunan kondisi fisik pasien sehingga dapat dilakukan intervensi medis dengan tepat waktu,” imbuh Pim.
Presiden Kasih Ibu Hospital Group Krishnawenda Duarsa mengatakan rumah sakitnya menjadi yang paling depan dalam pemanfaatan inovasi teknologi kesehatan, terutamadalam digitalisasi perawatan pasien untuk memenuhi harapan pasien.Duarsa percaya investasi teknologi kesehatan akan meningkatkan kualitas jasa dan perawatan pasien. Teknologi ini, menurut dia, memungkinkan tim medis untuk lebih fokus menyediakan perawatan yang benar pada saat yang tepat. “Ini untuk mendorong peningkatan hasil perawatan pasien yang lebih baik dan operasional rumah sakit yang lebih efisien,” sebutnya.
Teknologi ini memungkinkan perawat dapat lebih cepat mengidentifikasi dan memberikan respons proaktif secara efisien kepada pasien yang kondisinya memburuk di bangsal rumah sakit. Hal ini membantu mengurangi risiko tidak terdeteksinya tanda-tanda penurunan kondisi fisik pasien, meningkatkan perawatan dan efisiensi manajemen pasien, serta alur kerja klinis.
Bagi kalangan dokter, teknologi ini akan membantu memprediksi penurunan kondisi fisik pasien, memberi tahu perawat dan memungkinkan intervensi medis tepat waktu dalam memprioritaskan perawatan pasien.
“Teknologi ini memungkinkan dokter menerima informasi untuk membantu mengidentifikasi tanda peringatan yangsamar pada penurunan kondisi fisik pasien sehingga dapat dilakukan intervensi medis dengan tepat waktu,” imbuh Pim.
Presiden Kasih Ibu Hospital Group Krishnawenda Duarsa mengatakan rumah sakitnya menjadi yang paling depan dalam pemanfaatan inovasi teknologi kesehatan, terutamadalam digitalisasi perawatan pasien untuk memenuhi harapan pasien.Duarsa percaya investasi teknologi kesehatan akan meningkatkan kualitas jasa dan perawatan pasien. Teknologi ini, menurut dia, memungkinkan tim medis untuk lebih fokus menyediakan perawatan yang benar pada saat yang tepat. “Ini untuk mendorong peningkatan hasil perawatan pasien yang lebih baik dan operasional rumah sakit yang lebih efisien,” sebutnya.
Penulis Alek Kurniawan
| Editor Sri Noviyanti
SINGAPURA, KOMPAS.com – Disrupsi digital pada sektor industri. Mungkin,
kalimat tersebut sering Anda dengar bila merujuk pada transformasi
digital yang akhir-akhir ini sering dikumandangkan.
Sebenarnya, disrupsi sektor industri tak hanya terjadi pada masa kini.
Untuk membuktikannya, mari menjelajah mesin waktu menuju tahun 1876.
Pada tahun tersebut, seorang ilmuwan berkebangsaan Skotlandia Alexander
Graham Bell telah menemukan sebuah karya yang mengubah industri
telekomunikasi menjadi lebih canggih.
Dia menemukan sebuah telepon yang bisa digunakan untuk berkomunikasi
jarak jauh. Penemuan tersebut pun dinilai menjadi disrupsi bidang
telekomunikasi pada masanya.
Namun, bila kembali ke masa sekarang dimana beberapa orang telah
meninggalkan telepon untuk mendukung aktivitas keseharian, kondisi itu
jadi tak relevan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Sri Noviyanti
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disrupsi Digital, Apa yang Harus Dilakukan Industri?", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/21/17210017/disrupsi-digital-apa-yang-harus-dilakukan-industri-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Sri Noviyanti
Share :
Add New Comment